pernah terbersit bahwa kau lebih pandai dari ibumu?
hingga kau angkat suara.
pernah berpikir bahwa kau lebih hebat dari ibumu?
hingga kau lancang bicara.
hebat benar kau mengadu nalar?!
berani-beraninya kau menguji intelejensi?!
kau bilang dalam hatimu,”tunduk ditindas atau bangkit melawan”
hey bung, anda begitu intelek, tapi pongah rupanya.
kata-kata itu bukan retorika untuk ibumu..
simpan saja untuk raja tiran negeri ini.
setinggi-tinggi kau terdidik,
serendah-rendah ibumu sekolah,
sungguh, takkan pernah kau bisa melampaui keluhurannya.
jika saja kau merasa pintar, maka ukurlah seberapa luas kasihnya.
jika saja kau merasa pandai, maka ukurlah seberapa dalam cinta tulusnya.
jika saja kau merasa tahu, maka ukurlah seberapa perih sakitnya saat kau terlahir dari rahimnya.
jika saja kau merasa paham, maka timbanglah seberapa payah beratnya kau membebankankan hidup padanya selama 9 bulan 10 hari.
jika saja kau merasa mengerti, maka hitunglah jumlah titik darah, keringat, dan air mata, yang ia tumpahkan untuk menghantarkanmu kedunia ini…
lalu saat kau menghardik dengan kasar dan lancang, bersuara tinggi mengintimidasi, bahkan jaksa penuntut koruptor pun tak lebih dari itu.
kamu membela diri atas ketidakmengertian Ibu, sebagai kedok arogansi keegoisanmu agar ibu memahami dunia “moderen” yang ditinggali anaknya zaman ini.
menantang, hanya demi bebasnya berekspresi, atau mungkin mencari predikat “gaul”, dan lain-lain jargon materialisme, yang itu berbeda dengan nilai-nilai kesantunan dan kesederhanaan yang Ibu jaga.
dan ibu hanya diam di sudut kursi meja makan, tangan kanannya yang lelah mengurut-urut pelipis kepalanya yangg pening, tangan kirinya mengusap-usap dada yang urat jantungnya menyempit karena sering dikejutkan bantahan anaknya, yang tak terduga.
dan ia berdoa, “mugia dipaparin sabar yaa gusti Alloh..”
bahkan saat kamu pergi meninggalkan rumah tanpa salam dan cium tangan, kecuali bantingan pintu, tahukah kamu ibumu punya samudera maaf yang luasnya tak bertepi, tahukah kamu? kau tahu mengapa?
Ibuku pernah berkata, “ibu ga ngerti semua bahasa kuliahan kamu nak, kamu memang lebih pintar dari ibu, dan kamu bikin ibu bangga, selalu bikin ibu bangga. Bagaimanapun kamu, ibu akan ikhlas, karena satu hal yangg ibu tahu nak, kamu lahir diantara hidup dan matiku.. “
lalu,
apa lagi yang akan kau minta ?
kalo hidup dan matinya saja telah diberikan untuk kamu. semuanya.. tanpa sisa.
sekarang bukan saatnya meminta,
sekarang saatnya membalas jasa,
atas ikhlasnya memeberikan hidup dan matinya..
ya sekarang, dipenghujung hidupnya, saat ibumu masih ada.
____________________________________________
Referensi : Sepertinya kamu akan suka yang ini juga, “Syamil, kurindu buka retsletingmu!”
Andry Ahdaka said:
Tahukah kau Bunda, belumlah sanggup ananda menyembah sujud di ujung kaki sucimu. Kaki yang kasar namun tegar, aku selalu tahu disana terukir bukti pengabdian dan ketulusanmu, yang Alloh janjikan surga dibawahnya. Bunda, cukuplah aku disini bersama dengan-Nya, malam ini tak mampu lagi kujaga, titik kristal telah menggumpal, ku berderai air mata kerinduan dan cinta, atas ikhlas pengorbanan yang tak akan pernah terbayarkan. Dan hanya kan kutitipkan doa cinta semesta raya agar kau kelak bahagia di jannah-Nya.
Maka Rabb, dengar pintaku yang satu ini saja…
Adhi said:
Sedih nian hati ini. Semoga saya tidak termasuk orang-orang yang lalai.
Terimakasih udah mengingatkan lewat tulisan yang indah ini.
izin ngutip yah 😀
Andry Ahdaka said:
bersyukurlah kita masih bisa bersedih saat bertafakur, bukankah jika tak ada rasa artinya telah keras hati kita..?
silakan dikutip, semoga bermanfaat dan menjadi jalan kebaikan.. 🙂
noviasalsabila99 said:
amin YRA..
rasa sayang yg murni, mengalahkan rasa sakit yg pernah diterima.. selalu berdamai bersama rasa sayang.. kasih ibu mmg tiada tara..
Andry Ahdaka said:
Amiin Yaa Rabb.. Alhamdulillah ada yang mengamini. Semoga semakin banyak yang mengamini, Semoga ibu-ibu kita mendapat tempat terbaik dijannah-Nya kelak.
Insan Robbani said:
Surga dan neraka ditentukan sikap kita kepada orang tua
Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua
dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua.
Barang siapa berbakti kepada orang tua maka surga tempatnya
Barang siapa yang durhaka maka neraka telah menantinya
Allah berfirman:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun
Dan berbuat baiklah kepada kedua Orang tua (An Nissa : 36)
Dan Kami perintahkan kepada manusia
berbuat baik kepada dua orang ibu-bapanya
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah- tambah” (Luqman : 14)
Andry Ahdaka said:
nah ini nasehat ustadz, terimakasih atas taujih rabbani yang disampaikan.
semoga mengingatkan kita semua untuk selalu bersikap santun, hormat, dan sayang pada kedua orang tua, terutama Ibu.
noviasalsabila99 said:
Amin….
Dini Anggraeni said:
Umi..Umi..Umi..wa Abbi…
Duwh Allah berikan aku kekuatan utnuk selalu membuat Ibu ku Bahagia…
-ijin share ya kang-
Andry Ahdaka said:
Amiin. semoga Dini, dan kita semua diberi kekuatan dan kesabaran untuk membuat Ibu Bahagia, sekarang di dunia, dan kelak di jannahnya.
Silakan di share..Semoga mencerahkan.
hayat doang said:
hayat doang mampir gan
ane alhmdulillah selalu menghormati ibu ane gan, karna ane tau betapa berat dan susahnya mengandung ane dulu sampe membesarkan ane sampai skarang 🙂
dan sudah tak terhitung berapa banyak kasih yang telah ia berikan ke ane walaupun ane bandel tapi dia tetap sayang dengan ane
dan ane tak pernah merasa pintar bahkan hebat dari dia, karna dialah wanita terhebat sepanjang ane hidup gan 🙂
makasih gan atas sharingnya
🙂
Andry Ahdaka said:
alhamdulillah..
hayat seharusnya sangat bersyukur diberi kesadaran yang begitu hebat untuk memuliakan orang tua, khususnya ibu..
semoga ibu2 kita akan diberikan tempat yang terbaik dijannahnya kelak.
Amiin.
thanks udah mampir.. 🙂
tisya anifa said:
apa yang uda aku berikan pada ibuku??
bahkan doapun hanya terucap saat aq ingat, betapa indahnya kehadiaran ibuku..
nice post.. makasih, mengetuk hatiku. :’)
Andry Ahdaka said:
jadi refleksi ya? merenung2..
sama saya juga begitu saat menulis catatan ini..
makasih sudah mampir y Tisya..
makasih juga semoga bisa membuka hati yang terketuk.. 🙂
maaf terlambat dibalas komentarnya.. 🙂
Ping-balik: Kala Ukhuwah Mendekap Cinta « Words of Life